Rabu, 19 Maret 2014

SEJARAH IRON MAIDEN


Sejarah awal Iron Maiden bermula dari hari natal yang berlangsung tahun 1975. Steve Harris (bas) telah meninggalkan band sebelumnya yaitu Smiler.Kemudian Harris ingin membentuk band yang namanya mengadaptasi dari The Man in The Iron Mask, sebuah novel karya Alexandre Dumas. Dalam novel tersebut dikisahkan tentang hubungan yang verbal alat penyiksa bernama Iron Maiden. Harris lalu menghubungi penyanyi Paul Day yang telah dimotivasi olehnya sebagai sumber energi penuh karisma di panggung. Namun tak lama kemudian posisinya digantikan oleh Dennis Wilcock, seorang penggemar Kiss. Teman Wilcock yaitu Dave Murray diundang untuk bekerja sama. Sementara di band itu telah memiliki duo gitaris Dave Sullivan dan Terry Rance. Mereka frustasi membiarkan Harris secara temporer merombak band di tahun 1976. Sebelumnya, grup ini mengalami reformasi setelah peran gitar dipegang oleh Dave Murray. Hingga akhirnya Steve Harris dan Dave Murray menjadi personel tetap di Iron Maiden.
     
Namun pada tahun 1977, Iron Maiden kembali merekut gitaris lainnya yaitu Bob Sawyer. Ketegangan sempat muncul ketika terjadi perpecahan antara Murray dengan Wilcock. Murray marah setelah tahu bahwa persoalan dengan Wilcock itu didorong Harris untuk membakar kerjasama kedua gitaris yaitu Murray dan Sawyer. Sayang, formasi kembali berubah saat tampil di panggung kecil di Bridgenhouse pada bulan November 1977 dengan melibatkan Tony Moore pada kibor, Terry Wapram pada gitar, dan drummer Barry Purkis setelah sebelumnya dijabat Ron Matthews, merupakan formasi yang dibentuk Harris, termasuk melibatkan Dave Murray dan Doug Sampson sebagai drummer.
      
Pada tahun 1978 merupakan kesempatan untuk melihat aksi vokalis baru Paul Di'Anno di Pub Red Lion kawasan Leytonstone. Steve Harris telah mengatakan bahwa kualitas vokal Paul adalah minim, akan tetapi semua orang pasti akan mengatakan bahwa dia penyanyi dengan aksi yang baik. Setelah bermain selama dua - tiga tahun, dunia rekaman mulai dilirik. Namun pada tahun baru 1978 band ini telah merekam EP. Judul EP tersebut adalah The Soundhouse Tapes yang menyajikan empat lagu, hingga EP tersebut terjual hingga 5000 copy dalam seminggu. Komposisi "Prowler" di EP tersebut menduduki posisi pertama di Neal Kay's Heavy Metal Soundhouse Chart melalui Majalah Sounds. Penampilan mereka yang pertama di dunia rekaman juga termuat dalam album kompilasi Metal for Muthas yang dirilis pada tanggal 15 Februari 1980.  Pada album itu mereka menyisipkan dua lagu versi awal dari lagu "Sanctuary" dan "Wrathchild".
      
Lagi-lagi di tubuh grup terjadi pergantian personel. Dave Murray akhirnya, harus kehilangan teman gitarisnya pada tahun 1978. Beruntung Paul Cairns menjadi rekan gitaris mulai tahun 1979. Namun tak berlangsung lama karena saat akan masuk ke studio, Cairns memilih hengkang. Posisinya, lalu digantikan oleh Dennis Stratton. Semula mereka akan mengajak teman masa kecil Murray yaitu Adrian Smith. Namun Smith saat itu masih sibuk dengan keinginannya membentuk band bernama Urchin. Kemudian posisi drummer yang semula dipegang Doug Sampson, digantikan oleh Clive Burr (dibawa oleh Stratton). Pada bulan Desember 1979, Iron Maiden mulai menandatangani kontrak rekaman dengan EMI. Hingga akhirnya, pada tahun 1980 merilis album berjudul Iron Maiden.
      
Album pertama ini mampu menduduki posisi ke-4 di Inggris dalam minggu pertama saat dirilis. Dan sejak saat itu mereka dijuluki sebagai The New Wave of Brittish Heavy Metal. Album banyak menghasilkan beberapa lagu favorit yaitu "Running Free", "Transylvania", "Phantom of The Opera", dan "Sanctuary". Sayang, hanya dirilis di Inggris, sementara di Amerika dirilis belakangan. Lagu "Running Free" dibuka dengan hentakan drum Clive dalam irama swing rock up tempo sepanjang 2 bar, kemudian disusul dentaman bas Harris sepanjang 4 bar. Setelah Paul memberi aba2 muncul genjrengan gitar dari Murray sepanjang 2 bar hingga vokal Paul masuk ke bagian verse. Pada bagian reffrain kedua muncul harmonisasi vokal lalu di bagian jeda Murray menunjukkan kecepatan bermain gitarnya, selain rif2 gitar yang dibangun Stratton berselingan dengan genjrengan gitar dari Muray. Kemudian pada lagu "Transylvania" dibuka dengan permainan patern gitar nan rapat dari Murray yang berselingan dengan dentaman bas Harris dan hentakan drum Clive. Kemudian musik pada lagu ini meluncur dalam irama swing rock mid tempo. Komposisi "Phantom of The Opera" dibuka dengan permainan gitar Murray yang seolah memainkan nada2 pentatonik mirip nada-nada pentatonik Jawa sepanjang 4 bar, kemudian disusul dengan permainan gitar Stratton yang berlanjut ke pola musik berirama swing rock up tempo. Saat vokal Paul masuk dibagian verse berunision dengan permainan gitar Murray. Pada lagu "Sanctuary" dibuka dengan rif2 gitar yang mencoba mengingatkan pada intro lagu "Burn" nya Deep Purple termasuk hentakan irama musiknya yang berbirama 2/4 up tempo.  
      
Usai merilis album pertama itu, mereka langsung menggelar tour dan sempat menjadi band pembuka konser Kiss dalam Unmasked Tour's European. Mereka juga menjadi band pembuka konser Judas Priest. Setelah menggelar tour tersebut Stratton memilih mengundurkan diri dari grup dan posisinya digantikan oleh Adrian Smith pada bulan Oktober 1980. Bersama Smith, Iron Maiden merilis album kedua pada tahun 1981 berjudul Killers. Album ini berisi beberapa track yang ditulis saat penggarapan album pertama. Karena kelebihan materi itu, kemudian dengan lagu-lagu yang telah disiapkan digabungkan dengan beberapa lagu yang digarap saat tour. Hanya dua lagu yang benar-benar baru dan ditulis saat penggarapan album yaitu "Prodigal Son" dan "Murder in The Rue Morgue". Lagu "Prodigal Son" dibuka dengan petikan gitar rhytm dari Smith sepanjang 4 bar, kemudian diulang lagi sepanjang 4 bar dengan iringan hentakan drum dari Clive. Lalu musik pada lagu ini mengalir dalam birama 6/8 yang mengandalkan genjrengan gitar kedua gitaris itu, serta tentu saja dentaman bas Harris. Sedangkan lagu "Murder in The Rue Morgue" dibuka dengan petikan gitar Smith berdampingan dentaman bas Harris. Lalu Clive mulai memainkan snare drumnya untuk memasukkan fil in yang mengarah pada irama slow bit funk mengiringi drive2 gitar yang dibangun Murray. Saat vokal Paul masuk ke bagian verse, pola musiknya berubah menjadi rock up tempo. Sayang, kerjasama Paul tidak berlangsung lama di Iron Maiden. Akibat kecanduan drugs, meskipun dia telah menciptakan demo untuk album Iron Maiden berikutnya, toh posisinya kemudian digantikan oleh Bruce Dickinson dari Samson. Bruce mulai bergabung dengan Iron Maiden setelah proses audisi di akhir tahun 1981.
      
Bruce mulai terlibat rekaman bersama Iron Maiden pada tahun 1982 lewat album The Number of The Beast. Album ini mampu menduduki posisi pertama di Inggris dan diikuti dengan negara-negara lainnya. Album ini mengandalkan komposisi "Children of Damned" yang dibuka dengan petikan gitar rhytm Smith sepanjang 4 bar. Kemudian disusul dengan hentakan musik slow bit funk yang diisi drive-drive gitar Murray sepanjang 2 bar hingga vokal Bruce masuk ke bagian verse.  saat masuk ke bagian bridge, pola musiknya berubah  melalui ketukan drum Clive yang mengarah pada irama rock up tempo. Lagu lain dari album ini misalnya "Total Eclipse". Lagu ini dibuka dengan hentakan musik slow bit funk dengan hiasan rif2 gitar Murray sepanjang 8 bar. Kemudian disusul dengan patern bas Harris yang rapat melatari rif2 gitar Murray sepanjang 6 bar. Lalu disusul dengan hentakan musik rock up tempo yang mengiringi vokal Bruce di bagian verse. Gaya menyanyi Bruce pada lagu ini mirip orang membaca puisi, seolah tanpa nada. Bagian jeda lagu ini menyanjikan irama swing rock up tempo dengan diisi permainan gitar yang cepat dari Murray dan Smith lalu masuk ke bagian bridge diiringi hentakan musik slow bit funk.  
      
Untuk kali kedua band ini menggelar tour dunia ke Amerika, Kanada, Jepang, Australia, Jerman, dan Inggris. Dengan formasi terbaru tersebut yang diperkenalkan ke publik Inggris, kemudian membawa mereka ke acara Reading Rock Festival pada malam sabtu di bulan Agustus 1982. Sedangkan album mereka sendiri terus mencetak sukses dan terjual hingga 14 juta copy di seluruh dunia. Sementara tour The Number of The Beast di Amerika sempat memunculkan persoalan di kalangan dunia politik Amerika. Mereka sempat dituduh sebagai penyebar ajaran setan melalui lagu-lagunya. Para aktifis agama kemudian memprotes kehadiran mereka. Persoalan lain adalah Bruce saat itu masih memliki legalitas yang rumit dengan manajemen Samson, yang tidak diizinkan untuk menambahkan namanya dalam deretan penulis lagu. Akan tetapi, dia masih bisa menambahkan sumbangan idenya ke beberapa lagu seperti "Children of The Damned". "The Prisoner" dan "Run To The Hills".
      
Persoalan demi persoalan terus menyelimuti Iron Maiden beriringan dengan kesuksesan mereka. Pada bulan Desember 1982, drummer Clive Burr memilih mengundurkan diri karena terbentur dengan schedule tour dengan persoalan pribadinya. Posisinya, kemudian digantikan oleh Nicko McBrain yang sebelumnya pernah bergabung dalam Trust. Segera setelah itu, mereka melakukan perjalanan ke Bahamas untuk merekam materi album di Compass Point Studio. Sepanjang tahun 1983 mereka merilis Piece of Mind yang berhasil merangsek ke posisi 3 di Inggris, dan di Amerika berhasil menduduki posisi ke-70 dalam Billboard 200. Album ini sekaligus menerbitkan singel "Flight of The Icarus", dan "The Trooper".
      
Komposisi "Flight of The Icarus" menyajikan irama rock mid tempo dengan hiasan rif2 gitar Murray nan kental dan bagian reffrain lagu ini menyajikan harmonisasi vokal nan manis. Nyaris mirip dengan "Perfect Stranger" nya Deep Purple. Sedangkan "The Trooper" dibuka dengan permainan gitar Murray sepanjang 4 bar dan berselingan dengan fil in drum Nicko. Lalu disusul dengan hentakan musik rock up tempo yang beriring dengan permainan gitar Murray lainnya sepanjang 8 bar. Tak lama kemudian vokal Bruce tanpa iringan musik langsung masuk ke bagian verse dan berselingan hentakan musik nan singkat, lalu pada verse kedua diiringi dengan hentakan musik rock up tempo.  
      
Iron Maiden terus menerus merilis album-albumnya. Dalam waktu setahun, mereka telah merilis album baru berjudul Powerslaves di bulan September 1984. Album ini mengandalkan lagu "2 Minutes to Midnight", "Aces High", dan "Rime of The Acient Mariner". Lagu "2 Minutes to Midnight" dibuka dengan kocokan rif2 gitar Murray sepanjang 8 bar yang berselingan dengan fil in drum Nicko . Kemudian musik pada lagu ini berhiaskan rif2 gitar Murray mengalir dalam irama rock up tempo termasuk saat mengiringi vokal Bruce. Komposisi "Aces High" dibuka dengan permainan gitar sepanjang 8 bar yang berselingan dengan fil in Nicko yang berunision dengan dentaman bas Harris. Lalu musik lagu ini mengalir dalam birama 2/4 up tempo termasuk saat mengiringi vokal Bruce di bagian verse. Saat akan masuk ke bagian reffrain terjadi vokal yang bersahutan, namun ketika masuk ke bagian reffrain justru muncul harmonisasi vokal. Sedangkan komposisi "Rime of Acient Mariner" tampil dalam irama rock mid tempo dan gaya menyanyi Bruce sangat cepat sekali di bagian verse. Komposisi "Rime of Acient Mariner" menjadi komposisi terpanjang yang ditorehkan mereka saat itu. Mirip komposisi progresif rock atau metal yang selalu menyajikan arransemen nan panjang.  
       
Usai merilis Powerslaves, mereka langsung menggelar tour yang mengusung tema World Slavery Tour. Rangkaian tour ini bagi merupakan yang terbesar karena melakukan 193 show dan dilakukan lebih dari 13 bulan. Selain itu tour ini mampu mengumpulkan jumlah penonton hingga 3,5 juta orang. Sebagai contoh saat menggelar show di Long Beach, mampu mengumpulkan 54 ribu penggemarnya. Aksi mereka dalam tour ini kemudian didokumentasikan dalam album Live After Death. Album live ini menjadi album live dengan angka penjualan terbaik untuk kategori album hard rock/ heavy metal live. Selain itu mereka juga tampil sepanggung dengan Queen dalam Rock in Rio Festival dengan disaksikan 300 ribu penonton. Tour ini secara physic termasuk mempromosikan live album mereka.
      
Setelah merampungkan tour yang melelahkan, mereka sempat beristirahat sejenak. Namun saat kembali menggarap materi album baru di tahun 1986, mereka mulai dengan gaya yang berbeda. Melalui album Somewhere In Time mereka mengaku telah kehilangan gagasan. Tema album ini sebelumnya adalah tentang petualangan, kemudian berubah menjadi makhluk asing yang melakukan perjalanan. Selain itu untuk kali pertama mereka menggunakan perangkat syntheziser bass dan gitar untuk menghasilkan tekstur dan penempatan sound yang baik. Melalui pertimbangan yang berbeda dari kebiasaan sound mereka sebelumnya, toh mereka mampu menerobos chart di seluruh dunia. Khususnya melalui single "Wasted Years". Komposisi ini dibuka dengan permainan gitar Murray yang menghasilkan nada2 klasik beriring dengan patern gitar Smith nan rapat dan hentakan hit hat ke arah irama rock up tempo dari Nicko.

Pola musik mereka yang cenderung mengandalkan eksperimen tersebut kemudian diterapkan dalam album berikutnya berjudul Sevent Son of Seventh Son yang dirilis pada tahun 1988. Eskperimen tersebut ditambahkan untuk menyajikan konsep album dengan cerita tentang mitos anak yang memiliki kelebihan melihat peristiwa masa datang. Untuk kali pertama, band ini menggunakan kibor pada saat rekaman sebagai pengganti syntheziser gitar. Sambutan dan kritik diterima mereka saat album ini dirilis. Album ini menjadi album kedua yang mampu menduduki posisi puncak di Inggris. Selama Monster of Rock Festival di Donington Park pada tanggal 20 Agustus 1988, mampu mengumpulkan penonton sebanyak 107 ribu dan ini menjadi jumlah terbesar dalam sebuah sejarah festival musik. Penampilan lain di festival ini adalah Kiss, David Lee Roth, Megadeth, Guns N Roses, dan Helloween.
       
Pada tahun 1990, dalam kurun 10 tahun mereka merilis singel yang dihasilkan dalam The First Ten Years yang merangkum singel-singel mereka terdahulu termasuk B-sides. Sebelumnya, pada tahun 1989 gitaris Adrian Smith merilis solo album dengan bandnya bernama ASAP berjudul Silver and Gold. Kemudian aksi solo karier juga dilakukan Bruce Dickinson bersama gitaris Janick Gers dengan merilis album Tattooed Milionaire di tahun 1990.
      
Ternyata tour yang berlangsung dari tahun 1988 - 1989 menjadi tour terakhir bagi Adrian Smith bareng Iron Maiden. Posisi gitaris kemudian digantikan oleh Janick Gers. Sehingga Iron Maiden dapat leluasa menyelesaikan album berikutnya yang dirilis pada bulan Oktober 1990. Album tersebut adalah No Prayer For The Dying. Mereka juga meluncurkan singel yang berhasil menembus posisi pertama yaitu singel "Bring Your Daughter To The Slaunghter". Lagu ini aslinya, direkam oleh Bruce untuk soundtrack A Nightmare On Elm Street 5 : The Dream Child. Lagu yang dirilis tanggal 24 Desember 1990 ini dibuka dengan genjrengan gitar Gers yang berunision dengan dentaman bas Harris serta hentakan drum Nicko lalu musik lagu ini mengalir dalam irama rock up tempo. Hingga vokal Bruce masuk ke bagian verse dengan gaya menyanyi mirip orang membaca puisi, mirip dengan ketika membawakan lagu "Total Eclipse" di album The Number of The Beast (1982). Kemudian pada bagian reffrain dinyanyikan dengan biasa. Bruce juga menyisipkan gaya tertawa yang beraroma horor pada lagu ini.

Sementara itu komposisi "No Prayer For The Dying", tampil dalam irama slow rock yang menyajikan drive2 gitar Murray sepanjang 8 bar untuk intronya. Lalu vokal Bruce muncul di bagian verse yang berselingan dengan drive2 gitarMurray sepanjang 8 bar hingga masuk ke verse kedua. Kemudian diulang dengan drive2 gitar Murray sepanjang 8 bar dan 8 bar lagi seperti pada intro. Bagian jeda lagu ini menampilkan musik dengan tempo yang dipercepat dalam birama 2/4 dan tentu saja permainan gitar Murray dan Gers nan cepat penuh distorsi, sebelum akhirnya masuk ke bagian bridge.
      
Pada tahun 1991 itu pula Bruce telah memberanikan diri tampil secara solo dalam tour, sebelum akhirnya bergabung dengan rekan2nya di Iron Maiden untuk menggarap album Fear of The Dark. Album Fear of The Dark dirilis pada tahun 1992 yang sangat menarik lantaran Iron Maiden akan merilis album ini dalam format CD album daripada LP. Beberapa lagu sempat menjadi favorit para penggemar mereka seperti "Afraid to Shoot Strangers". Lagu ini dibuka dengan petikan gitar rhytm Gers yang bersanding dengan dentaman bas Harris sepanjang 8 bar, kemudian vokal Bruce masuk ke bagian verse dalam hentakan musik berbirama 3/4. Setelah melalui verse kedua kemudian muncul drive2 gitar Murray yang diiringi hentakan musik slow bit funk sebelum akhirnya masuk ke bagian reffrain. Selain itu, lagu "wasting Love" juga disukai para penggemar mereka. Lagu ini dibuka dengan drive2 gitar Murray dalam irama slow bit funk sepanjang 8 bar, kemudian disusul dengan petikan gitar rhytm Gers tanpa iringan alat musik lain hingga vokal Bruce masuk ke bagian verse diiringi petikan gitar rhytm Gers ini. Album Fear in The Dark juga meluncurkan singel yang berhasil menduduki posisi ke-2 yaitu "Be Quick or Be Dead". Lagu ini tampil dengan konsep musik speed metal dengan hiasan rif2 gitar Gers dan Murray. Album ini menjadi album pertama yang menempatakan Gers sebagai penulis lagu, dan bukan merupakan kolaborasi antara Harris bersama Bruce.
     
Seperti biasa, mereka lalu menggelar tour ke beberapa negara seperti yang pertama dilakukan di Amerika Latin. Kemudian mereka juga tampil dalam Monster of Rock Festival serta di tujuh negara eropa. Penampilan kedua mereka adalah di Donington Park yang dihadiri 80 ribu penonton dan kemudian didokumentasikan dalam album serta video berjudul Live at Donington. Sayang, pada tahun 1993 Bruce memutuskan untuk mengundurkan diri dari grup. Namun dia telah menyepakati kerjasama dengan Iron Maiden sebelum keluar dengan merampung dua live album serta beberapa tour sisa. Pertama adalah album A Real Live One yang menyajikan lagu-lagu dari tahun 1986 - 1992 dan dirilis pada bulan Maret 1993. Kemudian yang kedua adalah A Real Dead One yang menyajikan lagu-lagu dari tahun 1980 - 1984 dan dirilis setelah Bruce mengundurkan diri. Salah satu show yang sempat difilmkan oleh BBC adalah ketika Bruce tampil bareng Iron Maiden pada tanggal 28 Agustus 1993. Rekaman video ini kemudian dirilis dengan nama Raising Hell.  
      
Pada tahun 1994, Iron Maiden mengaudisi ratusan calon vokalis. Hingga kemudian Blaze Bayley ditetapkan sebagai vokalis Iron Maiden yang baru menggantikan posisi Bruce Dickinson. Dia berasal dari grup Wolfsbane. Blaze memiliki karakter vokal yang berbeda dengan Paul maupun Bruce. Setelah dua tahun belum memproduksi album, akhirnya album berjudul The X Factor dirilis pada tahun 1995. Album ini merupakan yang hanya mampu menduduki posisi terrendah sejak tahun 1981. Album ini menyajikan komposisi berdurasi 11 menit berjudul "Sign of The Cross". Justru lagu ini durasinya mampu menyamai lagu lawas mereka berjudul "Rime of The Ancient Mariner". Selain itu mereka juga menyodorkan lagu "Man on The Edge" yang mengadaptasi dari cerita Film Falling Down. Lagu ini dibuka dengan hentakan musik yang berselingan drive gitar Murray, kemudian disusul dengan hentakan musik berbirama 2/4 yang up tempo mengiringi vokal Blaze di bagian verse dan reffrain. Usai merilis album yang hasilnya biasa-biasa itu, mereka lalu menggelar tour di tahun 1995 - 1996 dengan kawasan Israel serta Afrika Selatan sebagai tour awal mereka. Dalam tour itu mereka merilis album kompilasi berjudul Best of The Beast yang berisi satu singel terbaru berjudul "Virus". Lagu "Virus" dibuka dengan petikan gitar Gers yang beriring dengan dentaman bas Harris dan bit2 hit hat dari Nicko.

Perlahan-lahan vokal Blaze masuk ke bagian verse dan terkadang berunision dengan hentakan drum Nicko, dentaman bas Harris serta rif-rif gitar yang dimainkan Murray. Hingga musik pada lagu ini mengalir dalam irama rock up tempo.

Mereka baru merilis album baru pada tahun 1998 melalui album Virtual XI. Sayang, album ini lagi-lagi harus berada di chart terrendah dan angka penjualannya tidak sampai angka 1 juta copy di seluruh dunia. Mungkinkah Iron Maiden bakal berakhir dengan dua album yang gagal di angka penjualan serta chart? Hingga kemudian Blaze memilih hengkang dari Iron Maiden pada bulan Februari 1999. Beberapa saat kemudian muncul kabar bahwa Bruce dan gitaris Adrian Smith akan kembali memperkuat Iron Maiden. Sementara Gers masih tetap dipertahankan di grup tersebut. Sehingga band tersebut memiliki tiga gitaris dan itu ditunjukkan mereka saat menggelar tour reuni dalam The Ed Hunted Tour yang cukup sukses. Tour ini diikuti dengan merilis greatest hits Ed Hunter sebuah video game dengan menampilkan mereka sebagai mascotnya.
     
Kemudian tiba waktu yang ditunggu para fans Iron Maiden, yaitu album baru reuni mereka. Album tersebut dirilis pada tahun 2000 dengan judul Brave New World. Judul album ini mengambil dari novel karya Aldous Huxley dengan judul yang sama. Materi album ini benar-benar berbeda dengan kebiasaan Iron Maiden sebelumnya, yaitu mengandalkan sound orkestrasi yang berasal dari perangkat kibor dan nada-nadanya jauh lebih melodik. Sebagai contoh lagu "Ghos In The Navigator" yang dibuka dengan nada-nada melodik melalui permainan gitar Murray dan merupakan nada-nada dari bagian reffrain lagu itu. Atau pada lagu "Blood Brothers" dibuka dengan dentaman bass Harris dan sound string dari permainan kibor dari permainan Harris pula. Itu berarti pada lagu yang berbirama 6/8 ini, sistem rekamannya menggunakan sistem overdub. Mengingatkan dentaman bas dan permainan kibor berbunyi pada saat yang sama. Tour dunia untuk mempromosikan album ini juga digelar dan penampilan mereka paling akbar adalah di acara Rock In Rio Festival yang berlangsung tanggal 19 Januari 2001 di Brazil. Di acara tersebut mereka mampu mengumpulkan penonton hingga 250 ribu orang. Penampilan mereka di acara ini kemudian didokumentasikan dalam video yang dirilis bulan Maret 2002 dengan judul Rock in Rio.
     
Ketika menggelar Give Me Ed Till I'm Dead Tour yang berlangsung di musim panas tahun 2003, mereka merilis album baru berjudul Dance of Death. Album ini justru kembali meraup sukses di seluruh dunia. Mereka mencoba menawarkan konsep musik yang kembali ke era awal seperti di album Peace of Mind atau The Number of The Beast. Sebagai lagu andalan mereka memajang "Montsegur" dan "Paschendale". Komposisi "Montsegur" menghadirkan pola musik mereka yang condong ke irama swing rock up tempo dan tentu saja mengandalkan rif2 gitar dari Murray, Gers, dan Smith. Pada bagian bridge lagu ini vokal Bruce mampu menyatu dalam nada2 permainan gitar Murray. Sementara itu lagu "Paschendale" dibuka dengan bit-bit hit hat yang menyajikan irama prog rock mid tempo dari Nicko. Sementara Murray memainkan nada-nada klasik yang seolah menyajikan scale lagu itu, termasuk ketika mengiringi vokal Bruce. Kemudian lagu ini mengalir dalam irama slow bit funk yang berlamur sound rif2 gitar.
      
Album ini kemudian disusul dengan tour yang mengusung nama Dance of Death World Tour dan mereka tampil di muka 750 ribu penggemarnya dalam periode empat bulan antara tahun 2003-2004. Di Amerika, Eropa, dan Jepang, tiket mereka telah ludes terjual. Kemudian dalam penampilan di Westfalenhalle - Dortmund - Jerman, sempat direkam dalam album live Death on The Road yang dirilis tahun 2005. Album ini juga dirilis bersamaan dengan DVD nya. Lalu pada tahun 2005 mereka menggelar tour memperingati 25 tahun album pertama mereka, Iron Maiden dan 30 tahun eksistensi mereka. Tour ini juga didukung dengan DVD Early Days yang dirilis tahun 2004 yang didalamnya terdapat singel "Number of The Beast" yang diarransemen ulang dan berhasil menduduki posisi ke-3 di Inggris. Tour ini mampu mengumpulkan para penggemarnya dalam jumlah cukup banyak, seperti misalnya saat mereka tampil di Ullevi Stadium - Swedia, disaksikan sekitar 60 ribu penonton. Konser ini disiarkan secara langsung melalui jaringan satelit dan disaksikan 60 juta pemirsa.
     
Tiga tahun setelah merilis album Dance of Death, masih dengan formasi yang sama, mereka merilis album berjudul A Matter of Life and Death pada musim panas tahun 2006. Pada album ini mereka berevolusi ke dalam format musik progressif rock, dan banyak menumpahkan aspek heavy metal seperti halnya pada album - album mereka di awal tahun 1980-an. Sebagai contoh komposisi "Different World" yang pola musiknya mengingatkan pada pola musik mereka pada album-album awal seperti di album Iron Maiden (1980) atau Killers (1981). Sedangkan pola musik progressif rock bisa dijumpai pada komposisi "These Colours Dont Run" yang menyajikan permainan gitar Murray - Smith mampu bersinergi atau berunision dengan permainan bas Harris. Mereka langsung menggelar serangkaian tour, termasuk merekam sessi live di album studio Abbey Road, studio rekaman bersejarah yang merupakan tempat The Beatles merekam album - albumnya. Sessi rekaman di Abbey Road ini berlangsung pada bulan Desember 2006 dan direkam dalam album Live From Abbey Road. Mereka juga tampil bersama Natasha Bedingfield dan Gipsy Kings pada bulan Maret 2007 di Channel 4 Inggris lalu dilanjutkan penampilan di Sundance Channel Amerika pada bulan Juni 2007.      
      
Pada tahun yang sama mereka merayakan 25 tahun sukses album The Number of The Beast melalui tour yang dipadukan dengan promo album mereka terakhir. Sehingga tour tersebut mengusung nama A Matter of The Beast. Aksi mereka dalam memperingati album yang sukses itu dilakukan pada panggung2 musik festival kelas besar di seluruh dunia. Pada aksi tersebut mereka membawakan lima lagu dari album A Matter of Life and Death dan lima lagu dari album The Number of The Beast. Selain itu untuk kali pertama mereka juga tampil di Dubai Desert Rock Festival pada tahun 2007 di hadapan 20 ribu fans. Mereka juga untuk kali pertama tampil di India dengan menggelar konser di Bangalore di hadapan 45 ribu penonton yang memadati Bangalore Palace Grounds. Mereka juga tampil di Inggris di acara Download Festival yang berlangsung di Donington Park untuk ke empat kalinya dalam karir mereka. Lalu pada tanggal 5 September 2007, mereka berencana menggelar Somewhere Back In Time World Tour yang baru terlaksana setahun kemudian. Pola panggung disesuaikan dengan pola panggung mereka di tahun 1980-an. Tour tersebut untuk kali pertama digelar di Mumbai - India pada tanggal 1 Februari 2008 dengan tampil di hadapan 30 ribu penonton. Tour ini berlangsung di 21 kota dalam 24 konser dan menempuh perjalanan sepanjang 50 ribu mil serta mencarter pesawat Ed Force One.
     
Masih di tahun 2008, tepatnya pada tanggal 12 Mei mereka merilis album kompilasi lagu berjudul Somewhere Back in Time. Album ini berisi materi dari album pertama hingga album Seventh Son of The Seventh Son (1988) serta sebagian materi Live After Death. Pada tahun tersebut, mereka masih rajin menggelar tour di kawasan Inggris bertempat di Twickenham Stadium hingga di melalui Peru, Venezuela, India, dan berakhir di Florida pada tanggal 2 April 2009. Dalam tour tersebut, mereka mampu mengumpulkan penonton terbanyak di Sao Paulo pada tanggal 15 Maret 2009 sebanyak 100 ribu penonton. Masih dalam suasana tour itu, pada tanggal 20 Januari 2009 mereka meluncurkan film dokumenter berjudul Iron Maiden - Flight 666. Film ini menggambarkan perjalanan tour mereka dalam Somewhere Back In Time Tour yang berlangsung dari bulan Februari - Maret 2008. Film ini diproduseri oleh Banger Productions dan dirilis di bawah label Universal Music Group di Amerika dan EMI Records.
     
Melalui wawancara radio dalam promo film Flight 666, drummer Nicko Mc Brain menyatakan bahwa pada tahun 2009 tengah merampungkan album baru yang kemudian berjudul The Final Frontier. Masih di tahun 2009, mereka diganjar penghargaan BRIT Awards untuk Best Live Act. Sedangkan album The Final Frontier bakal dirampungkan pada tahun 2010, kemudian disusul dengan tour dunia yang telah menjadi tradisi bagi mereka. Ketika tengah sibuk menyelesaikan album The Final Frontier, pada bulan Desember 2009 mereka mempersiapkan diri untuk tampil dalam Summer of 2010 Festival. Kemudian disusul dengan Sonisphere Festival di Inggris, lalu tampil di Swedia, dan Finlandia. Acara Wacken Open Air di Jerman juga tidak mereka lewatkan hingga acara Soundwave Festival yang berlangsung di Australia pada tahun 2011.
      
Sementara album The Final Frontier baru dirilis pada tanggal 16 Agustus 2010. Album ini mengandalkan "Satellite 15" yang dibuka dengan sound efek gitar kemudian disusul dengan permainan drum nan variatif cukup panjang dari Nicko. Murray menyisipkan drive2 gitar sepanjang permainan drum nan variatif itu. Ketika ketukan drum terhenti dan hanya menyisakan permainan gitar nan singkat, vokal Bruce masuk ke bagian verse dengan iringan genjrengan gitar Gers. Setelah melalui verse pertama, Nicko langsung memainkan bit2 yang berunision dengan rif2 gitar dari Smith, sedangkan Murray masih asyik memainkan drive2 gitar mengiringi vokal Bruce. Kemudian musik mereka mengalir dalam irama rock up tempo.

Album ini kemudian menduduki posisi pertama di 28 negara termasuk di Kanada. Sedangkan di Amerika harus puas menduduki posisi ke-4. Namun akhirnya, album ini mampu menduduki posisi puncak di 10 negara lainnya di bulan September 2010. Termasuk menduduki posisi pertama selama tiga minggu dalam Billboard Hard Rock Albums dan tiga minggu di posisi puncak dalam European Album Chart. Sementara untuk tour, telah mereka lakukan sejak musim panas tahun 2010 di Amerika dan Eropa. Tour ini juga berlanjut hingga tahun 2011 termasuk Indonesia salah satunya sebagai negara yang masuk dalam jadwal tour mereka. Sedangkan tour ini akan berakhir tanggal 6 Agustus 2011 di The O2 Arena - London.

 sumber : www.ironmaiden.com

Sejarah Band Deep Purple





Dipimpin oleh gitaris Ritchie Blackmore dan keyboardist Jon Lord, Deep Purple menggunakan unsur psychedelia dan classical dalam musik gaya bar-band mereka. Mereka memikat dunia dengan album berpengaruh Deep Purple in Rock, yang dipandang sebagai pelopor hard rock progresif. Dan di Fireball, mereka meningkatkan volume dan dengan Machine Head, mereka menaklukan dunia hard rock dan menantang Led Zeppelin dalam hal popularitas.

Deep Purple dibentuk tahun 1968 oleh Ritchie Blackmore pada gitar, Jon Lord pada organ Hammond, Rod Evans pada vokal, Nick Simper pada bass dan Ian Paice pada drum. Band meraih kesuksesan besar dengan men-cover "Hush" dari Joe South, yang muncul dalam album debut Shades of Deep Purple. Band mendapat pesanan untuk mendukung Cream dalam Goodbye Tour, namun segera diberhentikan karena mendapatkan sambutan luar biasa yang mengancam band utama. Tahun 1969, dua album sukses dirilis yakni The Book of Taliesyn dan Deep Purple, yang terdapat beberapa track yang diiringi symphony orchestra.

Setelah tiga album dan tur intensif di AS, Ian Gillan menggantikan Rod Evans dan Roger Glover menggantikan Nick Simper. Pergantian ini membentukan line-up Deep Purple yang paling beresensi. Begitu dibentuk, line-up baru ini membuat album live monumental Concerto for Group and Orchestra, komposisi tiga bagian yang ditulis Jon Lord dan dimainkan bersama London Philharmonic Orchestra di Royal Albert Hall. Bersama Five Bridges dari The Nice, Concerto tergolong kolaborasi awal antara band rock dengan orkestra.

Setelah album orkestra, Deep Purple membuat album berpengaruh, Deep Purple in Rock, yang dianggap sebagai musik hard rock progressive. Setelah itu mereka rilis Fireball dan Machine Head, album terkenal yang membawakan mereka ke puncak ketenaran dunia. Beberapa bulan kemudian, rekaman konser 2 pertunjukan mereka di Osaka dirilis dengan judul Made in Japan, sebuah album ganda live yang merupakan salah satu album live terbaik hingga hari ini. Line-up klasik ini juga menghasilkan Who Do We Think We Are, album yang menampilkan hit “Woman from Tokyo”.

Dengan ketenaran luar biasa yang dicapai, ketidak cocokan pun terjadi. Ian Gillan dan Roger Glover berpisah dengan Deep Purple dan posisi mereka diganti penyanyi baru David Coverdale dan bassist/vokalis Glenn Hughes dari Trapeze. Line-up ini membuahkan album heavy blues rock Burn, salah satu album tersukses Deep Purple. Hughes dan Coverdale menambahkan elemen R&B/soul kedalam musik band yang sangat terasa dalam album berikutnya Stormbringer. Ritchie Blackmore tidak menyukai sound ini dan meninggalkan Deep Purple untuk membentukkan Rainbow.

Dengan kepergian Blackmore, Deep Purple membuka lowongan besar yang kemudian diisi Tommy Bolin, gitaris Amerika yang sudah pernah bergabung dengan Zephyr, James Gang dan Billy Cobham. Penggabungan Bolin kelihatan ideal, akan tetapi album terbitan tahun 1975, Come Taste the Band, gagal. Album ini tidak disukai peggemar lama dan tidak sanggup menarik penggemar baru, dikarenakan sound yang agak jauh dari sound orisinil Deep Purple. Bolin ternyata belum siap mengisi sepatu besar Blackmore sehingga mendapatkan ejekan dari audiens dalam beberapa pertunjukan yang permainannya tidak stabil. Kecanduan dirinya atas heroin juga memperparah keadaan dan setelah tur traumatis Come Taste the Band, band bubar. Tidak lama setelah itu, Tommy Bolin meninggal dunia akibat overdosis heroin dalam perjalanan tur mendukung Jeff Beck.

Selanjutnya, beberapa anggota Deep Purple cukup berhasil dalam karir pribadi melalui band masing-masing antara lain Rainbow, Whitesnake dan Gillan. Sementara itu, sering ada upaya promotor untuk membentukkan kembali Deep Purple, terutama dengan kembalinya pasar hard rock pada dekade 1980an.

Deep Purple resmi dibentuk kembali pada April 1984. Pernyataan pembentukan kembali dilontarkan The Friday Rock Show BBC, bahwa line-up klasik awal 70an yang terdiri dari Blackmore, Gillan, Glover, Lord dan Paice telah dibentuk kembali dan mulai merekam materi baru. Band menandatangani kontrak dengan Polydor di Eropa dan Mercury di Amerika. Oktober 1984, Perfect Stranger dirilis dan didukung tur dari New Zealand sampai ke Eropa. Tur berjalan sukses dan sewaktu kembali ke Inggris, mereka bermain satu malam di Knebworth dengan dukungan Scorpions didepan 80.000 audiens.

Tahun 1987, line-up ini kembali membuat album The House of Blue Light dan mengadakan tur meskipun penjualan agak menurun. Beberapa show direkam untuk album live Nobody’s Perfect tahun 1988. Dan ditahun yang sama di UK, mereka rilis versi baru “Hush” untuk merayakan 20 tahun terbentuknya Deep Purple. Tahun 1989, Ian Gillan dipecat akibat ketidak-akuran dengan Ritchie Blackmore dan posisinya diganti bekas vokalis Rainbow Joe Lynn Turner. Line-up ini menghasilkan album Slaves and Masters dan sebuah tur.

Namun setelah tur, Turner dipecat dari band berhubung Jon Lord, Ian Paice dan Roger Glover menginginkan Ian Gillan kembali. Blackmore mengalah dan line-up klasik ini dibentuk kembali dan membuat The Battle Rages On pada tahun 1993. Selama tur Eropa musim gugur 1993 yang sukses, ketegangan antara Gillan dan Blackmore kembali muncul dan kali ini Blackmore yang hengkang. Band mengajak Joe Satriani untuk memenuhi show Desember di Jepang. Satriani bergabung hingga tur Eropa 1994 selesai dan sewaktu diajak untuk menetap di Deep Purple, dia menolak karena ingin meneruskan karir solo. Band kemudian mendapatkan Steve Morse, gitaris Dixie Dregs, untuk menjadi pengganti Blackmore yang permanen.

Line-up ini menikmati kesuksesan selama dekade 1990an dan menghasilkan album yang disambut hangat kritikus yakni Purpendicular (1996) dan Abandon (1998). Tahun 1999, Jon Lord, dengan bantuan seorang penggemar, menciptakan kembali Concerto for Group and Orchestra dan diselenggarakan kembali di Royal Albert Hall pada September 1999 dengan The London Symphony Orchestra. Konser mencakup karya dari karir solo setiap anggota maupun Deep Purple dan direkam dalam album In Concert with the London Symphony Orchestra tahun 2000. Beberapa tahun seterusnya, band menghabiskan waktu dalam perjalanan tur yang tiada hentinya hingga tahun 2002, sewaktu anggota pendiri Jon Lord (Jon Lord dan Ian Paice merupakan dua anggota yang menetap disetiap inkarnasi Deep Purple) menyatakan pengunduran diri dari Deep Purple untuk menjalankan proyek orkes pribadinya. Keyboardist veteran Don Airey, eks Rainbow dan Whitesnake, yang pernah membantu Deep Purple sewaktu Lord terluka tahun 2001, diajak bergabung. Tahun berikutnya, Deep Purple rilis album studio pertama dalam lima tahun terakhir, Bananas, dan mengadakan tur. Oktober 2005, 37 tahun setelah pembentukan Deep Purple, mereka rilis sebuah album yang progressive dan eksperimental, Rapture of the Deep, yang dianggap sebagai album terkuat sejak Purpendicular. Peluncuran album diikuti tur dunia.

Meskipun sering diasosiasikan dengan heavy metal, Deep Purple tidak pernah merasa diri sebagai band heavy metal. Akan tetapi, banyak band heavy metal menyatakan dipengaruhi Deep Purple. Deep Purple sering mengganti line-up dan merubah gaya main, namun kecanggihan permainan dengan line-up pemain handal tetap dipertahankan. Beberapa inkarnasi Deep Purple memberikan aspek jazz dan classical ke musik rock gaya mereka dengan menggunakan lagu sebagai sarana untuk memperpanjang solo instrumental.

Sampai hari ini, Deep Purple dengan mantap terus berkarya dalam studio dan melakukan tur keliling dunia sebagai salah satu band yang paling bertahan lama dalam sejarah rock.

Berbagai line-up dalam sejarah Deep Purple ditandai oleh band dan penggemar dengan serangkaian Mark contohnya Mark I, Mark II dan seterusnya. Mark VI dikosongkan karena era tersebut merupakan era sementara Joe Satriani mengisi posisi Ritchie Blackmore selama tur 1994 namun tidak menghasilkan album.